Home » » Bendungan Surianeun Jebol, Petani Terganggu Masa Tanam

Bendungan Surianeun Jebol, Petani Terganggu Masa Tanam

Written By Seputar Lebak on Rabu, 30 November 2011 | 08.02

PANDEGANG, (SL) - Bedungan Surianeun yang berlokasi di Desa Kadumalati, Kecamatan Sindangresmi jebol. Jebolnya bendungan ini menyebabkan pola tanam para petani di wilayah ini berubah karena pesawahan baru bisa ditanami saat turun hujan.
Kepala Desa (Kades) Kadumalati, Kecamatan Sindangresmi, Sudri menjelaskan, jebolnya bendungan terjadi sekitar 2010 lalu. Kades menduga konstruksi bendungan tidak kuat dihantam derasnya air sungai yang oleh warga setempat disebut Situ Surianeun. “Kebetulan saya baru beberapa bulan menjabat Kades dan tidak tahu pĂ©rsis siapa pelaksananya dan berapa anggarannya. Namun berdasarkan keterangan warga bendungan di bangun oleh Dinas Pekerjaan Umum Pandglang awal tahun 2010 dan baru beberapa bulan jebol,” kata Kades.


Dirinya berharap bendungan Surianeun segera diperbaiki karena fungsinya sangat penting untuk mengairi sawah petani. “Saat bendungan masih berfungsi sawah disini bisa ditanam 3 kali setahun dan membuat petani merasa untung. Tapi ternyata kekuatan bendungan tidak sesuai harapan karena saat ini sudah tinggal puing-puingnya saja. Harusnya pemerintah menegur pelaksana pembangunan kerana anggaran yang disediakan juga saya kira cukup besar,” ujarnya.
Berdasarkan penuturan beberapa warga setempat, pembangunan bendungan tidak diketahui siapa pelaksananya dan warga hanya mendapat informasi yang membangun adalah DPU. “Saat proses pembangunan bendungan saya lihat pekerja mengangkut batu menggunakan rakit. Saya juga sempat melihat ke lokasi dan kelihatannya kontruksi sangat rapuh karena hanya batu diplester semen dan tanah disusun kemudian ditembok, wajar kalau baru beberapa bulan sudah ambrol, Akibat jebolnya bendungan kami para petani sangat terganggu masa tanam, karena kami harus menunggu air hujan untuk menanam padi dan kini kami tidak lagi mampu menanam padi tiga kali dalam setahun,” terang Uci petani setempat.(arie)


0 komentar: